![]() |
Lida Nasrul Amanah |
Peran orang tua yang tidak hanya dalam
domestik saja, mewajibkan para orang tua memiliki wawasan yang lebi dari anak.
Sehingga mereka tidak lagi lansung menyerakan anakanya dan percaya pada lembaga
bahwa jika anak dimasukan ke sekolah maka semuanaya akan berjalan baik. Padahal
tidak demikian. Di sekolah, guru hanya emeberikan bimbingan 30 persen 20 persen ia mencari
sendiri, dan selebihnya adalah bimbingan dari orang tua.
Kepercayaan orang tua kompetensi
pribadi dan ompetensi guru yang sudah terlatih secara profesional akan dapat
membantu pengembangan belajar dan pembentukan anak di sekolah. Hal itu menjadi
sala satu tugas guru untuk bagaiamana caranya ia bisa meningakatkan kecerdasan
anak ketika belejar di sekolah. Mulai
dari proses perencanaan sampai sampai menjalankan proses pembelajaran yang
sesuai dengan yang diinginkan, tentunya sesuai dengan pession dan kebutuhan
anak.
Seperti contoh, seorang anak yang
mendapat perolean nilai yang kecil dari sala satu pelajarannya misalnya biologi
atau matematika. Dari situ orang tua berkesimpulan bahwa anak membutuhkan
bimbingan belajar tambahan atau khusus guna memperbaiki kekeurangan-kerunagn IQ
anak. Sehinggan orang tua menambah jam belaajar mereka yang nanntinya
mengakibatkan bertambah beban belajar si anak. Bukan kepuaasan bertambah IQ
yang ia dapatkan, tetapi malah kepenatan-kepenatan karenaa jam tambahan
tersebut.
Hal ini dapat menjadi sinyal bahaw anak
yang mengabiskan waktu seharian di sekolah masih membutuhkan bnatuan orang tua
dalam menyelesaikan tugas yang diberikaan buk guru untuk dikerjakan di rumah.
Bahkan beberapa sekolah memberikan pelatihan khuus pada oraan tua murid, agar
bisa agaiamna menjadi guru dilinkungan domestik. Wajar untuk memepertimbangkan
peran pentingnya orang tua dalam pendidikan anak, terlebih jika proses
pembelajaran di sekolah tidak efektif.
Sudah terbukti, bahwa peran orang tua
sangat berperan dalam hal ini. Ia adalah sang motivator sekaligus guru teladan
yang wajib anak-anaknya cotoh. Karena anak akan meng copy paste prilaku dari
orang tuaya. Sama halnya dengan tahapan pembangunan sikap dan intelektualnya.
Tidak diherankan lagi, orang tua adalah guru terbesar dan yang paling utama
bagi anak anaknya.
Peran Ibu dalam Dunia
Pendidikan
Dalam adagium Arab disebutkan bahwa
Al-ummu madrasatul ula, idza a’dadtaha, a’dadta sya’ban thayyibal a’raq (ibu
ialah sekolah utama, bila engkau mempersiapkannya, engkau telah mempersiapkan
generasi terbaik). Ibu merupakan sosok yang memiliki peran luar biasa dalam
segala bidang kehidupan, tak terkecuali pendidikan. Keberadaan seorang ibu
mampu memengaruhi kesuksesan ataupun kegagalan pendidikan anak.
Di Indonesia, kita mengenal Ir
Soekarno. Dalam sejarahnya, kebesaran nama Soekarno juga tak lepas dari peran
sentral pendidikan dari ibu serta pengasuh yang dianggapnya sebagai ibu. Di
dalam buku Sarinah (2015), S Wisnuwardhana memaparkan Sarinah merupakan tokoh
yang memengaruhi kesadaran Soekarno terhadap kehidupan rakyat Indonesia. Selain
itu, ia juga menjadi seorang perempuan yang memantik rasa cinta Soekarno kepada
bangsa dan Tanah Air Indonesia. Sebagai seorang pengasuh, Sarinah selalu
berusaha menjadi ibu yang baik bagi Soekarno. Ia pun menanamkan rasa cinta dan
pengabdian terhadap rakyat serta Tanah Air kepada Soekarno.
Kisah tersebut hanyalah satu dari
sekian banyak kisah betapa sosok ibu memiliki peran sentral dalam mendidik
anak-anaknya. Di dalam sejarah ulama muslim, tentu kita tak asing dengan Imam
Syafi’i. Ia yang hidup pada 767–820 Masehi merupakan seorang ulama fikih yang
sampai saat ini masih menjadi kiblat sebagian umat muslim dengan mazhabnya, Syafiiah.
Keberhasilan Imam Syafi ’i tak lepas dari peran seorang ibu yang begitu
memperhatikan pendidikan anak tanpa memperhatikan nasib dirinya yang janda
sekaligus miskin.
Sungguh tantangan yang dihadapi ibu
Imam Syafi'i, ataupun ibu Soekarno terkait dengan keterbatasan kebutuhan
domestik dan kenyamanan hidup tak ada bandingannya dengan ibu-ibu masa kini
yang penuh dengan kemegahan dunia. Tantangan kebutuhan domestik dan kenyamanan
hidup di masa mereka dapat ditepis dengan sikap rida atas pemberian Tuhan.
Tantangan ibu-ibu sekarang ialah adanya pilihan menjadi perempuan karier dan
merebaknya media informasi smart. Kemegahan-kemegahan tersebut sekilas dapat
membantu ibu-ibu dalam menyukseskan pendidikan anak. Namun, kenyataannya,
kementerengan status ibu sebagai perempuan karier ataupun media informasi
canggih justru menjadikan para ibu terlena dengan pendidikan anak.
Dapat dibayangkan betapa sangat
telantarnya pendidikan anak-anak perempuan karier yang dilengkapi dengan
kehidupan serba digital. Selama 24 jam, ibu-ibu semacam ini hampir tidak pernah
memerhatikan pendidikan anaknya. Pagi-pagi benar, mereka sudah persiapan
berangkat kerja.Jika ada waktu luang sedikit, mereka gunakan untuk berselancar
di dunia maya, bahkan mengunggah foto kelucuan anaknya yang baru saja bangun
tidur di media sosial. Selanjutnya, mereka asyik berkomentar atas posting-an
tersebut hingga waktu berangkat kerja. Pada waktu sore atau malam hari, mereka
sudah kelelahan hingga harus beristirahat.
Jika toh masih bisa beraktivitas, yang dikerjakan juga yang ringan dan menyenangkan; membuka media sosial lagi.Padahal, ibu adala fokus sentaral atas keberhasilan dan kegagalan anaknya. Ingatlah pepatah berbahasa Arab, syubbanul yaum rijalul ghadd (pemuda saat ini ialah pemimpin masa depan). Karena itu, persiapkanlah anak-anak kalian untuk masa depan mereka dan masa depan bangsa ini. Sebab, di tangan para ibu nasib bangsa ini akan ditentukan. Wallahu a’lam bi al-shawab.
oleh: Lida Nasrul Amanah (Kabid PP HMI komisariat Iqbal, Korkom Walisongo Semarang)
Jika toh masih bisa beraktivitas, yang dikerjakan juga yang ringan dan menyenangkan; membuka media sosial lagi.Padahal, ibu adala fokus sentaral atas keberhasilan dan kegagalan anaknya. Ingatlah pepatah berbahasa Arab, syubbanul yaum rijalul ghadd (pemuda saat ini ialah pemimpin masa depan). Karena itu, persiapkanlah anak-anak kalian untuk masa depan mereka dan masa depan bangsa ini. Sebab, di tangan para ibu nasib bangsa ini akan ditentukan. Wallahu a’lam bi al-shawab.
oleh: Lida Nasrul Amanah (Kabid PP HMI komisariat Iqbal, Korkom Walisongo Semarang)