Selayang Pandang tentang al-Untsa

0


Selain menggunakan term al-nisa atau al-niswah, al-mar’ah atau imra’ah, al-Qur’an juga menyebut al-untsa yang artinya sama-sama perempuan. Bahkan dalam penggunaan Bahasa Arab, term kata al-untsa-lah yang sering digunakan untuk menunjukan pembahasan atau pemaknaan yang menunjukan arti perempuan.


Jika ditelaah dari segi bentuknya, kata al-untsa terdiri dari tiga huruf, yaitu hamzah, nun dan tsa yang jika digabungkan akan membentuk fi’il madhi berupa anatsa. Dalam kamus besar Bahasa Arab, kata anatsa memiliki arti lembut, lemah, lembek dan lunak. Kata untsa terbentuk sebagai masdar yang artinya kelemahan, kelunakan, kelembekan dan kelembutan. Kata untsa merupakan anonym atau maknanya sangat berkebalikan dengan kata “zakara”, dalam al-Qur’an diartikan sebagai laki-laki, yang memiliki arti keras, kuat dan tajam.


Dalam al-Qur’an, kata al-untsa disebut sebanyak 30 kali dengan arti perempuan. Namun dalam salah satu ayat al-Qur’an yaitu surat an-nisa ayat 117, kata al-unsta diartikan sebagai patung atau berhala yang disembah pada waktu itu. Walaupun tidak langsung menggukan kata untsa tetapi menggunakan kata inatsan yang juga memiliki akar kata sama, sebagaimana al-Qur’an surah al-Nisa: 117

إِن یَدۡعُونَ مِن دُونِهِۦۤ إِلَّاۤ إِنَـٰثࣰا وَإِن یَدۡعُونَ إِلَّا شَیۡطَـٰنࣰا مَّرِیدࣰا

“Yang mereka sembah selain Allah itu tidak lain hanyalah (berhala), dan mereka tidak lain hanyalah menyembah setan yang durhaka.”


Dalam tafsir Al-maraghi, kata inatsun ditafsirkan sebagai benda-benda mati oleh sang mufassir, Ahmad Mustafa al-Maragi, sebab arti aslinya adalah “sebuah kelemahan yang tidak berdaya”. Sedangkan menurut Aly Shabuy dalam kitabnya yang berjudul Shafwah al-Tafsir, term al-untsa memang berarti patung atau berhala karena pada masa Jahiliyah, sesembahan mereka menggunakan nama-nama perempuan, sehingga yang dimaksud pada ayat tersebut adalah nama-nama berhala kaum Arab Jahiliyah yaitu al-lata, al-uzza dan al-banata.


Jika ditelusuri lebih lanjut, terutama pada aspek penggunakannya, kata untsa merujuk pada makna perempuan secara biologis. Kendatipun kegunaan kata untsa pada penyebutan hewan, maka pastinya memiliki arti hewan betina. Hal itu dicontohkan dalam al-qur’an surah al-an’am ayat 144 yang berbunyi:


وَمِنَ ٱلۡإِبِلِ ٱثۡنَیۡنِ وَمِنَ ٱلۡبَقَرِ ٱثۡنَیۡنِۗ قُلۡ ءَاۤلذَّكَرَیۡنِ حَرَّمَ أَمِ ٱلۡأُنثَیَیۡنِ أَمَّا ٱشۡتَمَلَتۡ عَلَیۡهِ أَرۡحَامُ ٱلۡأُنثَیَیۡنِۖ أَمۡ كُنتُمۡ شُهَدَاۤءَ إِذۡ وَصَّىٰكُمُ ٱللَّهُ بِهَـٰذَاۚ فَمَنۡ أَظۡلَمُ مِمَّنِ ٱفۡتَرَىٰ عَلَى ٱللَّهِ كَذِبࣰا لِّیُضِلَّ ٱلنَّاسَ بِغَیۡرِ عِلۡمٍۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَا یَهۡدِی ٱلۡقَوۡمَ ٱلظَّـٰلِمِینَ


“Dan dari unta sepasang dan dari sapi sepasang. Katakanlah, "Apakah yang diharamkan dua yang jantan atau dua yang betina, atau yang ada dalam kandungan kedua betinanya? Apakah kamu menjadi saksi ketika Allah menetapkan ini bagimu? Siapakah yang lebih zhalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah untuk menyesatkan orang-orang tanpa pengetahuan?" Sesungguhnya Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim.”


Selain itu, penyebutan kata al-untsa di al-Qur’an sebanyak 16 kali selalu diikuti oleh kata “al-zakara” sehingga dalam pemaknaan kata untsa ini yang ditonjolkan adalah jenis kelamin perempuan. Bahkan walaupun 13 kali penyebutan term al-untsa lainnya tanpa diikuti term al-zakara masih tetap merujuk pada pemaknaan yang sama yaitu menunjukan perempuan secara bilogis.


Inilah letak perbedaan antara tiga term yang sering digunakan dalam al-Qur’an dalam menceritakan atau menunjukan makna perempuan. Term al-nisa biasanya digunakan untuk penyebutan perempuan pada umumnya, banyak perempuan atau komunitas perempuan-perempuan, sehingga maknanya seringkali diperuntukan seluruh perempuan, tidak terbatas pada usia, status dan ciri-ciri lainnya.


Kemudian term yang kedua adalah al-mar’ah atau al-imra’ah. Term tersebut dalam banyak penyebutannya bermakna isteri, walaupun dalam beberapa ayat juga bermakna gadis atau perempuan yang belum menikah juga dalam ayat lain bermakna perempuan saja tanpa ada status yang jelas apakah perempuan tersebut sudah menikah, belum menikah atau berstatus janda. Namun yang pasti, kata al-imra’ah pada umumnya merupakan bentuk mufrad dari kata an-nisa sehingga sering diartikan sebagai isteri dalam berbagai konteks.


Selanjutnya term al-untsa yang juga pada umumnya bermakna perempuan, namun jika ditelaah lebih jauh, dalam penyebutannya di al-Qur’an term tersebut sering disandingkan dengan kata al-zakara yang memiliki arti berkebalikan yaitu kuat, keras atau tajam. Sehingga bias disimpulkan, kata al-untsa ini sebenarnya menunjukan makna perempuan namun lebih pada artian secara bilogis karena digunakan jugaa untuk jenis kelamin hewan yang berarti hewan tersebut adalah hewan betina.


Demikianlah sedikit paparan tentang kata al-untsa yang sering diartikan sebagai perempuan di dalam al-Qur’an. Sebagai seorang perempuan, semoga kita bias mengenali diri kita lebih jauh lagi dan mengerti bagaimana al-Qur’an memandang perempuan.


Oleh: Sufiatun Handayani, Sekretaris Umum Kohati HMI Korkom Walisongo Semarang

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top