HMI dan Kekecewaanku

0



 Catatan Singkat Seorang Kader Awam 

Dua tahun lebih aku memilih ber-HMI setelah sebelumnya aku mengikuti serangkaian kegiatan orientasi organisasi ekstra sebelah. Aku sadar memang ada perbedaan yang sangat terlihat dari kedua organisasi ini. Mungkin hal ini dirasakan oleh banyak pihak setelah terlibat di kedua organisasi mahasiswa Islam ini. Perkenanalan pertamaku dengan HMI berawal dari kakakku yang merupakan aktivis HMI dan sering bercerita tentang kehidupannya ketika ber-HMI, bahkan ia sempat menjadi ketua umum komisariat. Namun, sekarang ia bukan orang yang aktif di KAHMI dan bahkan ia tak kenal KAHMI di Bangka Belitung.

Ketika menjadi mahasiswa baru, rasa ingin tahu tentang HMI yang pernah diikuti oleh kakakku ini memuncak, namun ajakan bahkan intervensi untuk masuk ke organisasi ekstra terbesar di kampus membuat rasa ingin tahu itu terkubur. Alasan kerdilku mengikuti organisasi sebelah adalah karena jabatan struktural yang ada di internal kampus sangat menggiyurkan. Mungkin kebanyakan teman-temanku juga berpikiran bahkan bertindak seperti itu.

Perpindahanku dari pondok pesantren di depan kampus tiga menuju pesantren yang dijuluki “The corner of Tanjungsari” ini membuat rasa penasaranku tentang HMI kembali hadir. Ternyata semua kader yang menimba ilmu di sana wajib menjadi aktivis HMI dan bahkan harus berperan aktif di dalamnya. Aku terheran-heran tentang hal tersebut. Baru kali ini aku mendengar ada pondok pesantren yang memperbolehkan bahkan mewajibkan santrinya untuk aktif di organisasi eksternal.

Setelah terdengar kabar LK I di Komisariat FE UNISSULA, aku langsung bersemangat mengatakan kepada pengurus di pondokku bahwa aku ingin ikut LK di sana. Gambaran tentang LK itu apa masih menjadi abu dan senior selalu mengatakan ikuti saja arahan dari pihak sana. Di sisi lain, aku juga merasa bingung. Pasalnya, aku sudah disumpah agar menjadi kader sejati di organisasi sebelah. Namun, daripada aku terus gelisah mengenai berbagai dilema yang bahkan bertentangan dengan apa yang yang kuharapkan, lebih baik kutinggalakn saja dengan mencoba hal baru yang mungkin mampu menbuatkan tetap survive.

Aku juga sempat berdiskusi dengan kader HMI tentang politik di kampus yang selalu dimenangkan oleh pihak mereka. Ambisiku untuk bisa maju menjadi elit di lingkungan internal kampus kukubur saja jikalau hasilnya tak akan berbuah apa-apa. Sebegitu pesimisnya aku ketika itu dan sampai sekarang, gairah untuk masuk ke lingkungan internal semakin memudar. Namun, prestasi tetap harus ditorehkan dengan IPK atsu mengikuti berbagai perlombaan.

Awal menjadi kader HMI adalah tahapanku untuk lebih mengenal HMI secara lebih holistik. Memang benar, HMI harus sesuai dengan singkatan akhirannya yang sampai sekarang masih menjadi pertanyaan oleh banyak pihak tentangnya, misalnya pasal shalat yang merupakan kewajiban bagi setiap muslim. NDPers seringkali merasa sukses apabila ada kader yang tidak shalat. Ini merupakan konstruksi pemikiran yang salah dan tidak sesuai dengan tuntunan agama. Aku berpikir bahwa di HMI, shalat merupakan hal yang tak boleh dilewatkan. Ternyata pikiranku salah. Beberapa oknum yang mengaku ber-HMI seringkali melupakan hal yang sangat krusial tersebut karena alasan yang sangat basi dan berbau apologi.

Akhirnya, pikiranku menyatakan bahwa semua organisasi sama saja, sama-sama membuat lupa akan tugas dan tanggung jawab sebagai seorang penganut agama. Semua organisasi dapat memjerumuskanku untuk melupakan hal urgen yang tak boleh terlewatkan. Kekecewaanku bertambah ketika tahu kualitas Baca Tulis al-Qur’an (BTQ) kader yang semakin hari semakin tak menentu dan sepertiya sandangan kata “Islam” di akhir perlu direkonstruksi. Kecewa dan kecewa lagi yang kurasa.

Ditambah lagi dengan adanya perebutan jabatan struktural yang tidak produktif. Hal ini menghambat kegiatan-kegiatan yang seharusnya dilakukan guna meningkatkan kualitas kader. Bahkan, ditemukan pula money politic di dalamnya. Bukan hanya itu, kericuhan antarsaudara yang semestinya tidak dilakukan oleh orang yang berpendidikan malah sering digencarkan. Sungguh ironi sekali jika memandang organisasi yang dulu berfokus untuk jalan perjuangan menjadi busuk bukan karena zaman, tapi karena oknum pengisinya adalah orang yang hipokrit dan menghalalkan segala cara untuk memperoleh apa yang diinginkannya.

Aku kecewa ber-HMI. Itulah kata pertama yang kuberikanketika melihat realitas yang tidak sesuai dengan idealitas. Ketika memandu LK I online, aku dicerca dengan pertanyaanseputar realita sekarang. Dia bertanya tentang kader HMI yang suka lempar-lemparan kursi dan ak sesuai dengan kaidah Islam. Aku lalu menjelaskan bahwa hal itu sudah biasa karena jabatan itu merupakan hal yang sangat penting. Jawabanku salah dan membuatkanya semakin tak tertarik untuk ber-HMI. Apalagi ketika dia menjelaskan tentang tujuannya ber-HMI yang bersifat materialistik. Aku jadi semakin menyesal dengan jawaban yang telah kuberikan.

Ternyata aku salah dan aku tak boleh terlalu cepat mengambil keputusan. HMI adalah organisasi dan organisasi itu pada dasarnya bersifat mati. Ketika mengulik sejarah, kita akan tahu bahwa HMI didirikan bukan untuk memperburuk keadaan bangsa dan agama, malah bertujuan untuk mempertahankan Negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat Rakyat Indonesia serta menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam. Itulah tujuan yang pertama berdirinya organisasi mahasiswa Islam terbesar ini.

Guru-guruku seringkali mengatakan bahwa HMI adalah organisasi yang mengalami degradasi kualitas dari masa ke masa. Tugas kami atau kita saat ini adalah meperbaikinya dengan menorehkan prestasi, bukan hanya sibuk berkkontenasi. Begitulah sedikit kekecewaanku ketika ber-HMI dan kesadaran akan pentingnya untuk memperbaiki kualitas HMI yang sesuai dengan tuntunan agama dan bangsa. Selamat Milad HMI ke-75. Engkau sudah tua. Namun, usia tak membatasi untuk terus melahirkan kader canggih yang siap menjadi penolong untuk kesejahteraan umat dan bangsa.

Oleh Romadiah, Kader HMI Komisariat FITK Korkom Walisongo Semarang 


Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top